Mendandani Degung Sunda Ala Parahyena dan Agus Rukmana

Mendandani Degung Sunda Ala Parahyena dan Agus Rukmana

Kemerduan nuansa mirip ‘Cianjuran’ mendesir, membuka lagu, sampai menuju babak klimaks ‘Parahyena VS Parahyangan’ akan segera tiba; menyapu habis sisa durasi lagu.

Hasil kombinasi batin Parahyena dan Agus Rukmana telah membuat sesi musikal ‘Lutung Bingung’ terdengar strange, namun tetap menarik di telinga. Dalam durasi 9 setengah menit, Parahyena menyuguhkan timbre musik indie yang non-mainstream. Di pertengahan lagu, munculnya sound kahon (Fajar ‘Masdangkeu’ Aditya) dalam irama country/bluegrass; kala nylon-strings (Agus Rukmana) sedang menyerupai bunyi kacapi, seakan mengajak telinga kita lebih familier – khususnya bagi yang (kasarnya) merasa vibes lazim pada musik gamelan sudah terlalu konvensional – atau (halusnya) sudah terlalu identik dengan musik wayang di TVRI.

Kemerduan nuansa mirip ‘Cianjuran’ mendesir, membuka lagu. Lalu terbayanglah hamparan sungai, pegunungan, sawah, plus seekor kerbau jinak – yang ditunggangi seorang bocah tani sambil menyeruput suling bambu. Jika di sini anda justru terbayang ‘soundtrack’ rumah makan sunda, maka bertahanlah dulu sejenak – karena babak klimaks ‘Parahyena VS Parahyangan’ akan segera tiba; menyapu habis sisa durasi lagu.

Jika biasanya, Parahyena menyuguhi gaya vokal blak-blakan ala Sendy Novian di karya sebelumnya, maka khusus edisi ini peran vokal justru diwakili lagam-lagam per-dalang-an dari Rama Syahrul (salah satu feature artist dalam proyek ini). Belum lagi, bila kita tengok cara mereka mengisi nada-nada lagu ini. Rasanya, tingkah polah jenaka seekor primata (lutung) sedang mereka ilustrasikan, dari dua dimensi berbeda: dimensi kahyangan dan dimensi Pasundan – sebagaimana konten pada liriknya. Aura satu ini terasa lewat skala nada yang Iman (biola) dan Aceng (suling) mainkan. Meski masih sedikit kalah dominan dengan aksen powerful dari sang dalang, toh upaya Parahyena memasukkan part acoustic-swing di menit ke-7 lagu, berhasil ‘menyelamatkan’ mood lagu post-degung-revival satu ini dari kesan ‘statis’.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner